Jenis - Jenis Makna dalam Kajian Semantik
Makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain berdasarkan jenis semantiknya, nilai rasa, referensi dan ketetapan makna. Adapun ragam jenis – jenis makna sebagai berikut :
1. Makna leksikal dan gramatikal
A. Makna leksikal
Leksikal merupakan kata sifat (adjektif) dari kata leksikon yang berpadanan dengan perbendaharaan kata dan kosa kata, sedangkan leksem yaitu persamaan dengan kata. Kesatuan dari leksikon disebut leksem yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna (Suwandi, 2008 : 68)
Contoh :
- Kaki Alfius sakit karena kecelakaan lalu lintas kemarin
-rombongan pendaki sudah tiba di kaki gunung sejak pukul 17.00 WIB
Kata
kaki pada kalimat bermakna leksikal, sedangkan pada kalimat kedua kata kaki
digunakan secara metaforis, yakni mempersamakan salah satu ciri makna kata kak i dengan yang ada pada kata gunung.
B. Makna Gramatikal
Makna gramatikal merupakan konsep penting dalam linguistik yang terbentuk melalui proses gramatikalisasi, seperti penambahan afiks, reduplikasi, atau transformasi kata. Misalnya kata presiden dibubuhi konfiks ke – an menjadi kepresidenan yang menyatakan makna tempat ( kepresidenan “tempat presiden”, kedutaan “tempat duta)
2. Makna Denotatif Dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas, polos dan apa adanya. Makna denotatif didasarkan pada penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu, makna denotatif bersifat objektif. Misalnya kata perempuan
dan wanita kedua kata ini mempunyai makna denotasi yang sama yaitu manusia dewasa bukan laki – laki . Sebaliknya konotasi adalah respons – respons emosional yang sering kali bersifat individu yang timbul dari kata – kata leksikal (Tarigan, 1985 : 57). Misalnya kata perempuan
mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata perempuan memiliki nilai rasa yang tinggi. Jadi, kata perempuan memiliki nilai rasa yang lebih rendah dari kata wanita . Ini terbukti dari tidak digunakannya kata
perempuan itu dalam berbagai nama organisasi atau lembaga. Organisasi atau lembaga itu selalu menggunakan kata wanita , misalnya dharma Wanita gedung wanita, menteri urusan penting wanita, dan Ikatan Wanita Pengusaha (Chaer, 2013).
3. Makna Konseptual dan Asosiatif
Perbedaan makna konsep dan makna asosiatif didasarkan pada ada dan tidak adanya hubungan (asosiasi dan refleksi) makna sebuah kata dengan makna yang lain. Secara garis besar menurut leech dalam buku (chaer, 2009) malah membedakan makna atas makna konsep dan makna asosiatif, dalam makna asosiatif termasuk makna konotatif, stilistika, afektif, refleksi, dan kolokatif.
Makna konsepnya adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesai degan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun., sedangkan makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan makna suci atau kesucian, kata merah berasosiasi dengan makna berani atau juga dengan golongan komunis, kata cendrawasih berasosiasi dengan makna indah.
4. Arti Kata dan Istilah
Dalam kajian linguistik, pembedaan makna kata dan makna istilah merupakan aspek fundamental dalam memahami struktur dan fungsi bahasa. Makna kata dapat bersifat polisemik dan bergantung pada konteks kalimat atau situasi, sedangkan makna istilah memiliki sifat yang lebih monolitik dan terdefinisi dengan jelas dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu.
A. Makna Kata (Konteks Umum)
Makna kata dalam konteks umum dapat bersifat ambigu dan memerlukan konteks untuk memperjelas maknanya. Contohnya, kata "energi" dapat memiliki makna yang berbeda-beda tergantung pada konteksnya, seperti energi fisik atau energi spiritual. Hal ini menunjukkan bahwa makna kata dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor kontekstual dan pragmatik.
B. Makna Istilah (Konteks Khusus)
Makna istilah, di sisi lain, memiliki sifat yang lebih spesifik dan terdefinisi dengan jelas dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu. Contohnya, istilah “sel” dalam biologi memiliki makna yang spesifik sebagai unit dasar kehidupan, sedangkan dalam konteks lain kata “sel” dapat memiliki makna yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa makna istilah dapat dipengaruhi oleh definisi yang jelas dan terstruktur dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu.
Adapun perbedaan makna kata dan makna istilah dapat dilihat dalam contoh kata "beban" dan "muatan" dalam bahasa umum memiliki makna yang mirip, tetapi dalam bidang teknik, kata "beban" memiliki makna yang spesifik sebagai gaya yang bekerja pada suatu struktur, sedangkan "muatan" memiliki makna sebagai jumlah barang yang diangkut oleh suatu kendaraan. Hal ini menunjukkan bahwa makna istilah dapat memiliki tingkat spesifisitas yang lebih tinggi daripada makna kata dalam konteks umum.
5. Makna Lugas dan Kias
A. Makna Lugas
Dalam kajian linguistik, makna lugas dan makna kias merupakan dua konsep yang penting dalam memahami struktur dan fungsi bahasa. Makna lugas Merujuk pada makna sebuah kata yang sebenarnya, makna asli, atau makna apa adanya. Makna lugas ini sama dengan makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual. Contoh makna lugas dapat dilihat dalam kalimat berikut:"Karni harus berenang di sungai itu." (kata "berenang" digunakan dalam makna lugas) "Anaknya memang nakal sekali." (kata "nakal" digunakan dalam makna lugas).
B. Makna Kias
Makna kias Merujuk pada makna lain yang diumpamakan sebagai makna sebenarnya. Makna kias ini digunakan untuk membandingkan atau mengumpamakan sesuatu dengan konsep atau pengertian lain. Contoh makna kias dapat dilihat dalam kalimat berikut:
- “Meskipun dia berenang dalam kekayaan tetapi hidupnya tidak bahagia.” (kata "berenang" digunakan dalam makna kias, yaitu berada di dalam tumpukan harta kekayaan yang sangat banyak)
- "Gadis cantik itu seperti bunga yang indah." (kata "bunga" digunakan dalam makna kias, yaitu sebagai simbol keindahan dan kecantikan)
Penggunaan makna lugas dan makna kias dapat berbeda-beda tergantung pada konteks dan tujuan komunikasi. Makna lugas digunakan untuk menyampaikan makna yang sebenarnya dan jelas, sedangkan makna kias digunakan untuk menyampaikan makna yang lebih luas dan melalui kompleks perumamaan atau perbandingan.
Dalam percakapan sehari-hari, makna kias lebih banyak digunakan daripada makna lugas karena manusia sering menggunakan lambang, perumamaan, dan perbandingan untuk menyampaikan makna yang lebih kompleks dan nuansa yang lebih dalam.
6. Makna Referensial dan Nonreferensial
Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada dan tidak adanya referen dari kata – kata itu. Apabila kata – kata itu memiliki referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut disebut kata yang bermakna referensial. Jika kata – kata itu tidak memiliki referen maka kata itu disebut kata yang bermakna nonreferensial. Kata
meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referensi yaitu sejenis perabot rumah tangga. Sebaliknya kata karena
dan tetapi tidak mempunyai referensi karena termasuk kata yang bermakna nonreferensial.
Nomor telepon 7. Makna Idiomatik Dan Peribahasa
Makna idiomatik adalah makna sebuah kata, frase, atau juga kalimat yang menyimpang dari makna leksikal maupun makna gramatikal. Misal kelompok leksem /mengadu lidah/ dalam kalimat “sudah lebih dari sejam mengadu lidah belum juga mereka berhenti”. Kelompok leksem lain yang bermakna idiomatikal antara lain : kelas kambing, titik air liurku, kereta angin, tidur – tidur ayam, bahasa dalam, mengadu buku jari.
Peribahasa adalah idiom berbentuk kalimat, yang susunannya tetap dan menunjukkan perlambangan kehidupan. Peribahasa itu meliputi: pepatah, perumpamaan, dan pameo (Sudaryat, 2009:89). Maka dapat disimpulkan pengertian peribahasa yaitu kalimat atau penggalan kalimat yang susunannya tetap dan berfungsi sebagai pemberi nasihat, pengajaran, atau pedoman hidup.
Perbedaan antara idiom dan peribahasa :
A. Idiom dan peribahasa itu memiliki pola pembentukannya masing – masing. Dalam hal ini peribahasa itu lebih terpola dan gramatikal karena pada umumnya peribahasa itu bisa berupa klausa atau berupa kalimat. Sedangkan idiom itu bisa muncul secara spontan dan tidak berpola. contohnya : Kambing Hitam ( idiom), sekali layar berkembang pasang surut kita berpantang (Peribahasa).
B. Unsur Bahasa yang digunakan dalam peribahasa dapat diganti dengan kata yang memiliki kesamaan arti sedangkan idiom jika salah satu yang digunakan dalam pembetukannya diganti dengan kata yang lain menjadi tidak memiliki makna. Contoh : Kambing hitam (idiom). Apabila kata “kambing” diganti dengan kata lain seperti sapi atau domba maka tidak akan memiliki makna yang sarupa. “Sekali layar terkembang, surut kita berpantang” (Peribahasa). Apabila diganti dengan kata “Sekali layar terkembang, pantang kita berpulang” maka akan tetap memiliki makna yang serupa.
C. Peribahasa dapat diawali dengan kata depan yang bisa berbentuk frase atau klausa seperti 'sekali layar terkembang” yang menjadi kata depan dari sebuah peribahasa.Sedangkan idiom tidak memiliki kata depan.
D. Peribahasa biasanya berbentuk klausa atau kalimat sedangkan idiom berpola gabungan dari 2 kata atau hanya sampai pada tingkat frase.
yaitu. Peribahasa dapat disisipi tanda baca seperti koma sedangkan dalam idiom tidak dapat disisipi tanda baca
Sumber :
Chaer, Abdul. (2016). Linguistik Umum: Semantik. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. (2009). Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lyons, John. (1995). Semantik Linguistik: Sebuah Pengantar. Cambridge: Cambridge University Press.
Saeed, John I. (2003). Semantik. Basingstoke: Palgrave Macmillan. Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Olivia. (2021). Peribahasa: Pengertian, Jenis-jenis, dan Contohnya. Detikedu.
Chaer, A. (2003). Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Suwandi (2008). Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta : Media Perkasa
Abdullah, MA (2007). Tata Bahasa Dewan. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Hayati dan Jadidah, “Analisis Makna Denotatif Dan Konotatif Dalam Novel Dua Barista Karya Najhaty Sharma (Kajian Semantik).” Jil.2, No.1.
Comments
Post a Comment